Sabtu, 27 April 2013

Smell Good Boy



*Ini merupakan cerbung (cerita bersambung) hehe^^

Fiuhhh.. aroma yang begitu menyengat tercium oleh indra penciuman seorang gadis mungil bernama Nesti yang ingin pergi ke toilet bersama teman sebangkunya Lisa. “sa, apa kamu mencium aroma yang sangat nyaman tadi ?”, Tanya Nesti antusias karena mencium aroma yang sangat wangi ketika berpapasan dengan siswa kelas  sepuluh. “Nggak !!”, jawab Lisa cuek. “Ah, hidungmu pasti lagi nggak beres deh sa” , sahut Nesti kesal. “Hm,, maybe.. hehe emangnya tadi kamu nyium bau apa? Bau wc? Haha” , Tanya Lisa sambil mengejek. “Bukan bau wc, tapi bau parfum yang sangat menyengat, wangi banget.. hihi” , jawabnya sambil nyengir. “Oh,, pasti parfum dari salah satu adik kelas tadi ya ?´, sambung Lisa. “Maybe”, balas Nesti singkat.
****
Setelah kejadian di sekolahnya, di rumah Nesti tak henti-hentinya memikirkan aroma parfum yang begitu menyengat dari salah satu adik kelasnya itu. “apa dia mandi parfum yah?” , pikirnya yang mulai mengaur, “siapa ya cowok itu .. hihi” , gumamnya lagi sambil senyum-senyum sendiri. Saking asiknya melamun, Nesti sampai tidak sadar kalau dari tadi ibunya memanggil. “Nes,, kamu ngapain sih, dari tadi mama panggil nggak respon..” , sahut ibunya yang kini telah berada di kamar Nesti.
 Nesti pun tersentak dan tersadar dari lamunannya. “Eh, mama.. ada apa ma? ”, jawabnya santai. “Mama mau keluar sebentar, jaga rumah ya, jangan sampe’ kamu tinggalin” , pesan sang Ibu pada anaknya. “Oke mom”, kata Nesti sambil membuat lingkaran dengan jari telunjuk dan jari jempolnya. Setelah ibunya pergi, Nesti kembali ke aktivitas yang tadi sempat terganggu, yaitu MELAMUN.
****
            “Ting-ting bukan permen, ting-ting bukan biscuit, ting-ting bukan permen ting-ting bukan biscuit”. Alarm dikamar Nesti berbunyi dengan nyaring dan Nesti sama sekali tidak berpengaruh dengan suara tersebut, dia malah masih terlelap ke alam mimpi. “Ting-ting bukan permen ting-ting bu……” alarm itu berhenti karena Ibu Nesti tiba-tiba masuk ke kamarnya dan mematikan alarm Nesti yang sangat mengganggu itu.
            “Nesti.. bangun,..” , teriak ibunya tepat di telinga Nesti. “hmm,” gumamnya sebentar kemudian dia tidur lagi tanpa menghiraukan ibunya yang hanya bias geleng kepala melihat  tingkah anak sulungnya itu. “Nes,, kamu nggak mau sekolah ya ? udah jam 06.40 nih” , sahut ibunya berharap anaknya bisa bangun. Nesti yang setengah sadar mendengarkan omongan ibunya dan dia pun bergegas bangun dari tempat tidurnya. “ah mama bangun Nesti telat,”, sahutnya sebelum masuk ke kamar mandi. Ibunya hanya menggeleng untuk yang kedua kalinya melihat tingkah laku anaknya yang sudah menginjak masa transisi antara remaja menuju dewasa itu.
            Jam telah menunjukan pukul 06.55 dan Nesti baru saja memakai sepatu dengan tergesa-gesa. Untung saja jarak rumahnya dengan sekolah tidak terlalu jauh sehingga tidak memakan waktu lama untuk segera sampai ke sekolah.
            Tet, tet, tet, bel sekolah telah berbunyi tepat setelah Nesti memasuki gerbang sekolah, dia pun berlari menuju kelasnya yang lumayan jauh karena terletak di ujung bangunan sekolah. Sekitar lima langkah menuju kelasnya, terlihat sekumpulan siswa laki-laki kelas sepuluh yang berjalan kearah berlawan dengan Nesti sehingga mereka berpapasan. Seketika Nesti berhenti karena aroma parfum yang sama seperti kemarin kembali singgah di indra penciumannya. Dia pun berbalik dan melihat sekumpulan siswa itu yang sudah mulai menjauh. “Hei,,, cepat masuk, nanti keburu bu Liana masuk” , sahut Lisa yang tiba-tiba sudah berada di dekatnya sambil memegang pundak Nesti. “Astaga, ngagetin aja kamu sa,” sahut Nesti dengan wajah terkejut.

****
            Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 09.58, Nesti dan Lisa mulai menghitung detik demi detik waktu sampai jam menunjukan pukul 10.00 dan bel istirahat akan berbunyi. Itu adalah salah satu hobby aneh yang sering mereka lakukan untuk menunggu waktu istirahat. “Yes” gumam mereka bersamaan. Bu Elis guru fisika pun pamit keluar dari kelas mereka setelah 2 jam mengajar di kelas XII IPA 1 ini.  “Let’s go kantin”, kata Lisa semangat.
            Nesti dan Lisa pun pergi ke kantin dengan langkah cepat karena kelas mereka jauh dari kantin. Jika  mereka terlambat ke kantin, maka mereka harus rela desak-desakkan untuk mengambil makanan.
            “huh,, untung kita cepat ke kantin, jadi gampang deh ngambil pop mie” , sahut Lisa dengan tangan kanan yang memegang pop mie dan tangan kirinya memegang minuman. “he’eh” sambung Nesti singkat. Mereka pun kembali ke kelas untuk menikmati makanan mereka karena di kantin sudah mulai penuh.
            Saat melewati kelas X E, Nesti melihat seorang siswa yang sedang duduk di kursi depan kelasnya sambil memainkan handphone. Fiuhh,, aroma itu kembali mengganggu indra penciumannya, dan itu membuat Nesti yakin kalau aroma parfum yang dia hirup belakangan ini bersumber dari adik kelasnya yang tadi memainkan handphone.
            Sesampainya di kelas, “sa, cowok tadi pakai parfum apa ya? Kok wangi banget” , tanya Nesti kepada Lisa yang sedang asik menikmati pop mie. “yang mana? “ , tanya Lisa balik dengan mulut yang penuh dengan mie. “ckck, yang tadi duduk di kelas X E itu loh, masa kamu nggak liat !” , kata Nesti yang mulai kesal sambil meniup poninya. “hmm, mau gimana lagi, wong aku emang nggak liat..” , jawabnya santai. “huhh,, ya udah deh kalau nggak liat” , sahut Nesti yang akhirnya menyerah berbicara dengan teman sebangkunya yang aneh itu.
****
            Setelah pertemuannya singkat dengan adik kelasnya  yang wangi itu, Nesti jadi berinisiatif untuk menanyakan nama cowok itu kepada adik sepupunya sekarang sudah kelas satu SMA, sama dengan cowok wangi itu.  “no, kamu kenal nggak sama anak kelas sepuluh E yang wangi ? “ , Tanya langsung ketika Ino adik sepupunya berkunjung ke rumahnya. “yang wangi ?? cowok apa cewek?” Tanya Ino heran. “cowok,,  dia itu wangi banget, hihi jadi pengen tau nama nya haha “ ucapnya blak-blakkan. “ckckck, emang cowok di kelas kakak bau-bau ya? Sampe aneh gitu nemu cowok wangi” sahut Ino yang kedengarannya mengejek. “aishh,, nggak juga gitu kali ya, cowok itu tuh beda no, dia tuh wangi yang overdosis, walaupun tampangnya biasa aja.” Jelas Nesti panjang lebar. “Hm,, besok deh aku tanya’in sama temen aku yang ada di kelas sepuluh E” , kata Ino yang sekarang duduk di kelas sepuluh D. “OK” , sahut Nestu semangat.
            Hari rabu kelas XII IPA 1 menerima pelajaran olahraga dan itu merupakan salah satu pelajaran favorite siswa siswinya dibandingkan pelajaran kimia yang peminatnya hanya sedikit. Sudah sekitar satu jam setengah para siswa berolahraga dengan bermain volley, dan akhirnya diperbolehkan istirahat sebentar untuk jajan atau mengganti pakaian. Hal itu dimanfaatkan Lisa dan Nesti untuk berganti pakaian, karena mereka merasa sangat gerah memakai baju olahraga yang tebal itu.  Di dalam perjalanan menuju toilet, Nesti dan Lisa kembali berpapasan dengan sekumpulan siswa kelas sepuluh. Nesti yang sudah mengenal wajah cowok wangi yang sering ia pikirkan itu berusaha menunjukan cowok itu kepada Lisa. “sa, liat deh cowok yang memakai jam tangan, yang agak tinggi itu, dia itu yang selama ini menganggu penciuman ku karena wangi parfumnya” tunjuk Nesti kepada salah satu adik kelasnya yang baru saja lewat. “yang mana, semuanya pake’ jam tangan deh,” jawab Lisa yang sibuk menerawang sekumpulan adik kelas mereka yang mulai menjauh. “yah, udh nggk keliatan” , sahut Nesti dengan wajah kecewa.
****
            Minggu pagi yang yang sedikit mendung, seorang gadis masih saja terlelap di kasur empuknya dengan selimut yang menutupi tubuhnya hingga hanya kepalanya yang kelihatan. “Nesti,, bangun udh siang nih” , teriak ibunya dari luar pintu kamar Nesti, gadis yang masih terlelap itu. “ini kan hari minggu ma, Nesti mau puas-puasin tidur” , sahutnya setengah sadar ketika mendengar teriakan ibunya. “ckckck, anak gadis tidak boleh bangun siang loh, walaupun ini hari minggu. Kamu harus segera beresin rumah sebelum keluarga kita dating, malu kan kalau rumah nggak bersih” sang ibu mulai berceramah kepada putrinya. Dengan malas Nesti terpaksa bangun dari mimpi indahnya sebelum ibunya berceloteh lebih panjang.
            Sekitar pukul 10.00 semua keluarga Nesti telah berkumpul di rumah Nesti, hal ini biasa dilakukan dalam rangka menjalin silaturahmi. Ino yang merupakan sepupu Nesti juga hadir bersama adik kembarnya. “no, gimana ? udah tau nama cowok itu?” Tanya Nesti yang tiba-tiba berada di dekat  Ino yang sedang asik bermain dengan adik kembarnya. “udah aku tanya’in sih sama temanku, tapi katanya cowok-cowok di kelasnya tidak ada yang mempunyai aroma parfum yang menyengat seperti yang kakak cerita’in” jawab Ino dengan muka datar. “masa’ sih, apa dia bukan anak kelas sepuluh E ya?’ kata Nesti dengan perasaan sedikit kecewa.
****
            Setelah mendengar pernyataan Ino siang tadi, Nesti jadi memikirkan kembali cowok wangi yang membuat dirinya penasaran itu. “aneh ya, masa’ nggak nggak ada yang tau sama cowok wangi itu?” gumamnya pada diri sendiri. Cukup lama memikirkan hal itu membuat Nesti mengantuk dan akhirnya ia terlelap di tempat tidurnya.
            “Pagi yang cerah” seru Nesti yang kini bangun lebih awal dari biasanya, bahkan mengalahkan bunyi alarm yang selalu dia pasang. Setelah siap dengan seragam putih abu-abunya, Nesti pamit dengan ibunya untuk pergi ke sekolah. “nggak sarapan Nes?” Tanya ibunya sambil menuangkan air susu untuk anak bungsunya Riky, adik laki-laki Nesti satu-satunya karena mereka hanya 2 bersaudara. “Nesti kenyang ma’ jawabnya singkat dan setelah beres memakai sepatu dia langsung pergi ke sekolah.
            Suasana yang ramai yang sering di rasakan Nesti ketika datang terlambat, hari ini berubah menjadi sepi karena dia dating ke sekolah masih terlalu pagi. “huh, datang awal nggak seru, sepi banget !!” gerutunya pada diri sendiri sambil memainkan handphonenya dan duduk di luar kelasnya. Tiba-tiba fiuhh… aroma itu kembali tercium oleh indra penciuman Nesti, tetapi kali ini tidak ada seprang pun yang berada di dekatnya. Sontak itu membuat Nesti heran sekaligus merinding karena di dalam suasana sepi ini dia menghirup aroma yang sama dengan aroma parfum adik kelasnya.
            Tiba- tiba ada sebuah tangan yang memegang pundaknya,  “HEI,, tumben datang awal?”, sahut orang itu yang ternyata Lisa. “haishh, kamu ngagetin aja Lis, untung aku tidak mengidap sakit jantung, ” sahut Nesti dengan wajah yang super terkejut karena ketika dia merasa merinding di tengah suasana sepi, tiba-tiba ada yang memegang pundaknya. “haha,, emangnya kenapa sih? Kok kaget gitu?” , Tanya Lisa yang mulai penasaran dengan tingkah aneh temannya. “ng ng nggak ada apa-apa” jawabnya gugup. “ouh,, kirain” .
            Bel sekolah pun berbunyi, tak lama setelah Lisa dan teman-temannya yang lain datang ke sekolah. Nesti terus memikirkan hal yang baru saja terjadi padanya, sampai guru bahasa inggris memasuki kelasnya baru iya sedikit tersadar dari  lamunannya.

TBC … hehe

Kamis, 25 April 2013

Dibalik Lirik Lagu



        Musim hujan tak kunjung berhenti, seakan ingin menelan cahaya mentari di bumi. Wajar memang , karena ini adalah bulan November, bulan dimana hujan akan turun lebat di bumi khatulistiwa. Seorang gadis masih saja termenung di depan jendela kamarnya sambil sesekali menggapai rintikan hujan yang turun dari atas atap rumahnya. Pandangannya kosong, entah apa yang ada dipikirannya sampai-sampai suara ribut diluar kamarnya tidak bisa mengganggu lamunannya.  Tisya Talita, itulah nama gadis berjilbab yang kini termenung di jendela kamarnya, dia baru saja menginjak usia 16 tahun sekitar sebulan yang lalu, tepatnya tanggal 15 oktober. Dan pada tanggal itu pula Tisya memantapkan hati untuk berhijab. Kedua orangtuanya sangat menyetujui keputusan putri bungsunya itu, begitu pula dengan Tino satu-satunya  kakak laki-laki Tisya yang kini sudah menjadi seorang mahasiswa di universitas negeri di kotanya.  
            Disaat  Tisya asik termenung, suara ketukan pintu terdengar beberapa kali, namun suara tersebut tidak bisa membuyarkan lamunannya sedikit pun. Hingga si pengetuk pintu yang ternyata ibunya, masuk dan menghampiri putrinya. “Tisya.. hello..” kata ibunya sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Tisya. “Eh, mama.. ngagetin Tisya aja “ , sahut Tisya terkejut dan lamunannya hilang seketika. “Kamu kenapa sayang ?? kok ngelamun gitu ?”, Tanya ibunya lembut. “Nggak kenapa-napa kok ma, hanya pengen ngelamun aja “, elak Tisya gugup, “ouh ya udah, ayo turun kita makan siang.. dari tadi pagi kan kamu belum makan ”, ajak ibunya sambil mendorong lembut anaknya keluar kamar.
            Malam yang dingin, Tisya kembali termenung dan sesekali menggumamkan sesuatu. “Apa yang harus aku katakana ya ?” gumamnya pelan  sambil mengetukkan jari  telunjuknya dimeja belajar. Tisya ternyata berpikir bagaimana menolak seorang cowok, karena kemarin malam, tepatnya malam minggu dia ditembak melalui sms oleh teman sekelasnya yang bernama Nicky, cowok serba lumayan, baik dari wajah maupun otaknya. Tisya ingin menolak cinta Nicky bukan karena dia tidak menyukai Nicky, tetapi karena dia sudah berprinsip untuk tidak berpacaran selama sekolah karena menurutnya akan mengganggu konsentrasi dalam belajar. Tisya masih belum memberikan jawaban atas penyataan Nicky, padahal besok, hari senin, Tisya pasti akan bertemu dengan Nicky karena mereka satu kelas. Itulah yang membuat Tisya merasa resah.
             Ketika Tisya memikirkan hal tersebut, tiba-tiba handphonenya berbunyi menandakan ada sms masuk. Dengan malas Tisya mengambil handphonenya yang berada diatas tempat tidur. Mata Tisya langsung membulat ketika melihat nama siapa yang tertera dilayar handphonenya. ‘NIKCY’, gumamnya. Dengan perlahan Tisya pun membuka pesan singkat yang dikirim Nicky.

Kau tak kan pernah sadari
Betapa ku mencintaimu
Kau yang selalu aku inginkan
      Kau tak kan pernah mengerti
      Betapa ku menyayangimu
      Kau yang selalu aku dambakan
            Deg,, Tisyan tertegun membaca is isms Nicky yang merupakan lirik lagu D’masiv dengan judul ‘Diam Tanpa Kata’. Ada perasaan lain yang menyelimuti hatinya, tapi buru-buru dia tepis dengan terus mengingat prinsip yang dia tanamkan. Tisya ragu untuk membalas atau tidak sms yang dikirim Nicky untuknya karena dia tidak mau berbuat kesalahan. Setah berpikir cukup lama, Tisya akhirnya membalas sms Nicky. 
>D’Masiv – Diam Tanpa Kata ^^
Tak lama kemudian, Tisya mendapat balasan lagi.
Ku ingin kau tahu diriku disini menanti dirimu..
Meski ku tunggu hingga ujung waktuku..
Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya..
Deg,,, lagi-lagi perasaan itu dating dengan sendirinya, Tisya tersenyum simpul membaca sms itu dan mulai mengetik sesuatu untuk membalas sms tersebut.
>Ungu – Cinta Dalam Hati  
Setelah sms itu terkirim, Nicky tak kunjung membalas dan Tiaya memutuskan untuk berlayar ke dunia mimpi “good nite” gumamnya pelan.

****
            “Hmm,, beres,,” , kata Tisya kepada dirinya sendiri karena dia sudah selesai memakai jilbab putihnya. Dengan senyum manis, Tisya menghampiri neja makan yang telah dihuni pleh papa, mama, dan kakaknya. “Kenapa nih,, pagi-pagi udah m,enebar senyum” , ledek Tino sambil mengoleskan selai stoberi ke roti tawar. ‘Nggak,, pengen senyum aja,, hee” jawabnya santai, lalu Tisya dengan gesit mengambil roti kakaknya yang telah berlapis selai stroberi. “Hei,, itu roti kakak syaaa,,” sahut Tino jengkel dengan kebiasaan adiknya yang suka mengambil makanannya setiap kali sarapan. “Makasih ya kak,, ma, pa, Tisya pergi dulu ya.. Assalamu’alaikum.. “ sahutnya santai tanpa merasa bersalah. “Wa’alaikumsalam”, jawab mama papanya serempak, Tino mengambil roti lagi dengan jengkel.

****
            Hari ini, Tisya sudah memutuskan untuk mengatakan langsung kepada Nicky tentang penolakan cintanya, walaupun ada rasa berat didalam lubuk hatinya, setelah beberapa jam menerima pembelajaran dari guru Bahasa Indonesia dan guru Fisika, istirahat pertama pun tiba. Tisya sudah bersiap-siap untuk berbicara langsung dengan Nicky. Ketika teman-teman dikelas sudah pergi ke kantin hanya beberapa yang tinggal di kelas, termasuk Tisya dan Nicky. Tisya pun memberanikan diri mendekati Nicky. “Ehem.. boleh aku bicara sebentar  sama kamu Nic ?”, sahut Tisya membuka pembicaraan. “iya,, mau ngomong apa Tis?” , jawab Nicky datar seolah tidak terjadi apa-apa antara mereka berdua. “Aku… aku.. nggk bisa nerima kamu Nic, bukan karena aku nggk suka sama kamu, tapi karena aku tidak mau berpacaran terlebih dahulu sebelum selesai sekolah, jadi bisa kan kalau kita hanya berteman?? “ , kata Tisya sesantai mungkin, karena dia juga gugup untuk mengatakan itu semua. Seketika suasana menjadi hening, baik Tisya maupun Nicky tidak ada yang berbicara.
            Sekitar 2 menit kemudian, akhirnya Nicky membuka mulut untuk menanggapi jawaban Tisya. “Makasih udah jujur Tis, aku… hem.. kita berteman saja” , katanya agak tertahan dan lagi ekspresi yang ditunjukannya masih saja datar. “Ya udah Tis, aku ke toilet dulu ya..” , kata Nicky tiba-tiba..., dia pun pergi meninggalkan Tisya yang masih bingung dengan ekspresi Nicky.

****
            Sejak hari itu, hari dimana Tisya menolak Nicky. Tisya tidak lagi mendapatkan sms lirik lagu romantis yang biasa Nicky kirimkan. Sudah sekitar seminggu, handphone Tisya tidak dikejutkan lagi oleh nada dering sms yang biasa datang dari Nicky. Di kelas oun Tisya jarang berinteraksi dengan Nicky, kecuali membiacarakan tugas kelompok jika mereka satu kelompok. Kadang Tisya merasa kesepian melihat handphonenya yang kini jarang sekali berbunyi.
            Hari ini hari rabu, dimana kelas Tisya akan melakukan olahraga. Disaat suasana rebut oleh sorakan teman-temannya untuk menyemangati perlombaan lari, Tisya hanya duduk diam diatas rerumputan sambil mencabuti rumput-rumput yang tak bersalah. “Lin, kamu tau nggak kenapa hari ini Nicky nggak masuk sekolah? Soalnya kan kamu teman sebangkunya “ , Tanya salah satu teman Tisya yang bernama Dhini kepada teman disebelahnya Allin. Tisya yang tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka pun mencoba menguping.
            “Sebenernya aku juga nggak tau pasti sih Din, tapi kata Dirly teman akrabnya, Nicky lagi melakukan kemotherapy “ , jawab Allin serius. “Kemotherapy apa? Emangnya Nicky sakit apa ?”, Tanya Dhini bertubi-tubi karena dulu dia pernah suka dengan Nicky, tetapi ditolak Nicky dan akhirnya Dhini melampiaskan kekecewaannya dengan menerima penyataan cinta dari Jony. Alhasil sekarang Dhini dan Jony berpacaran walaupun mereka sering sekali bertengkar.
            “Hmm.. kalau tentang penyakitnya aku tidak kurang tau juga Din, soalnya ketika aku mau nanya’in penyakitnya, Dirly keburu pergi” , jawabnya sedikit kecewa. Tisya yang dari tadi menguping pembicaraan Dhini dan Allin menjadi khawatir tenyang keadaan Nicky, dan dia memutuskan untuk bertanya langsung kepada Dirly yang kelasnya berbeda dari Tisya dan Nicky.

****
            Sepulang dari sekolah , Tisya langsung merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, rencananya untuk bertanya kepada Dirly gagal, karena pada jam istirahat, pelajaran Biologi mengambil  jam istirahat untuk melakukan praktikum di kelas Tisya. Sekitar setengah jam Tisya merenggangkan ototnya di tempat tidur, dia teringat sesuatu, “Ya Allah,, aku belum solat dzuhur” , kagetnya pada diri sendiri. Dia pun segera pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu’ dan setelahnya melaksanakan sholat dzuhur. Tepat setelah salam, handphone Tisya berbunyi , Tisya berdoa sebentar dan setelahnya dia menggapai handphone nya yang berada di di meja belajar. Masih dengan mengenakan mukena, Tisya membuka pesan singkat yang ternyata dari seseorang yang selama ini dia rindukan “Nicky..”, jeritnya tertahan. 
Dirimu dihatiku..
Tak lekang oleh waktu..
Meski kau bukan milikku..
Intan permata yang t’lah pudar..
Tetap bersinar..
Mengusik kesepian.. jiwaku.. 
Tisya merasa sedih ketika membaca lirik lagu yang dikirim Nicky, entah kenapa airmatanya menetes dengan sendirinya. Dengan tetap meneteskan air bening di matanya, Tisya pun membalas sms Nicky.
>Kerispatih – Tak Lekang Oleh Waktu 
Setelah beberapa menit yang seperti berjam-jam bagi Tisya, akhirnya Nicky kembali membalas smsnya.
 Dan bila.. ku jauh darimu..
Maka izinkanlah diriku..
Memeluk erat bayangmu..
Dan bila.. ku kan datang kembali..
Sambutlah ku dengan senyummu cinta..
Dan bila….
Sakit.. rasa yang kini tertambat dihati Tisya saat menggumamkan lirik lagu ‘Dan Bila - Second civil’ ini, baginya lagu ini memberikan makna yang menyedihkan.
Dan Bila – Second Civil  T.T
Lagi-lagi hanya kalimat itu yang diketik oleh Tisya untuk mengungkapkan isi hatinya. Setelah menunggu hingga setengah jam, balasan yang dinanti Tisya tak kunjung tiba. Dia pun memilih untuk makan siang karena perutnya sudah memberontak untuk diberi  makan.

****
            Seperti biasa, setelah memakai  jilbab, Tisya bergegas pergi kesekolah untuk menanyakan penyakit Nicky kepada Dirly. Tapi sayang, ternyata hari ini Dirly tidak masuk sekolah. Dengan perasaan 
kecewa Tisya kembali ke kelasnya. Net, net,net.. bel berbunyi tapat pukul 07.00 dan Tisya lagi-lagi termenung di tempat duduknya sambil memperhatikan bangku Nicky yang berada di pojok depan. Setalah 10 menit berlalu, bu’ Nina guru kimia baru memasuki kelas.
            ”Anak-anak, ibu akan menyampaikan sebuah berita duka untuk kalian dan mungkin juga untuk seluruh sekolah yang mengenal almahrum. Semalam teman kalian Nicky, telah kembali ke sisi Allah SWT. Almahrum meninggal karena mengidap penyakit kanker paru-paru, hiks hiks” , kata bu’ Nina sambil mengusap air matanya. Seluruh murid di kelas tampak sedih. Tisya bergumam kecil ‘innalillahi wainnalillahi roji’un’, kemudian dia terdiam, bulir-bulir bening mulai mengalir di pelupuk matanya. Rasa terkejut, sedih, sakit, tercampur aduk menjadi satu di dalam hatinya. Nicky yang selam ini mengacaukan hati dan pikirannya, yang selalu mengirimkan lirik lagu indah untuknya, yang selalu tertanam dihatinya walaupun dia berusaha menyangkal, kini telah tiada, pergi untuk selamanya meninggalkan Tisya dan teman-temannya dalam kesedihan.
****
            Tiga hari setelah kepergian Nicky, tapi Tisya masih saja termenung dikamarnya, dia tidak ingin pergi ke sekolah. Mama dan papanya serta kakaknya hanya bisa memberikan semangat moral untuk Tisya. Mungkin Tisya membutuhkan waktu untuk menerima kenyataan yang ada. “Tisya.. ada tamu untukmu nak ” , kata mamanya dari luar pintu sambil mengetuk pintu kamar Tisya. “Masuk” , jawabnya singkat. Tamu tersebut ternyata Dirly, “Hai Tisya,, boleh aku masuk?” , Tanya Dirly canggung. “Hmm”, jawab Tisya dengan deheman.
            “Aku kesini cumin mau memberikan surat terakhir dari Nicky buat kamu “, kata Dirly sambil menyodorkan sebuah surat dengan sampul biru. Tisya yang tadinya tidak peduli dengan kedatangan Dirly kini berbalik dan mengambil surat yang diberikan Dirly. “Ya udah,, aku pulang dulu ya Tis.” Sahut Dirly pamit. “Makasih ya” , kata Tisya dengan suara bergetar. Setelah Dirly pergi, Tisya langsung membuka surat Nicky.
To.  Tisya Talita (my love)
Assalamu’alaikum wr. Wb

Tisya.. aku tidak bisa menulis kata-kata romantic seperti para pujangga ataupun penyair. Jadi, aku hanya bisa mengutip lirik lagu untuk mu.
Tisya.. aku suka kamu dari dulu, dari sebelum kamu pakai jilbab dan sampai kamu memakai  jilbab. Jujur, kamu semakin cantik kalau memakai jilbab J
Tisya.. walaupun kamu menolak cintaku, aku akan tetap mencintaimu, menyayangimu, hingga ujung waktuku.
Tisya.. maafkan aku jika aku pernah menyakitimu..
Tisya.. I Love You..

Wassalamu’alaikum wr, wb

Nicky    (your love)

END